LATAR BELAKANG PENULISAN
Kaliwiro adalah salah satu kecamatan di bagian selatan dari kabupaten
Wonosobo. Kaliwiro memiliki luas 100,08 km2. Di mana secara geografis
Kaliwiro terletak ditengah sebuah lembah pada ketinggian 250 meter –
300 meter dpl. Diapit gunung Lawang di selatan dan bukit Dempes di
sebelah utara. Dengan titik koordinat S7°27.510′ lintang selatan dan
E109°51.380′ bujur timur.
Latar belakang dari penulisan “Menelusuri Jejak Sejarah Kaliwiro”
adalah penulis mencoba untuk mengungkap tabir gelap yang menyelimuti
cikal bakal dan sejarah tentang Kaliwiro. Di mana selama ini, dikalangan
masyarakat Kaliwiro pada khususnya, belum pernah terungkap atau
mengetahui secara pasti siapa pendiri maupun jejak sejarah Kaliwiro di
masa lampau.
Adapun tujuan penulisan ini dimaksudkan agar generasi yang akan
datang tidak kehilangan jejak mengenai sejarah Kaliwiro. Karena Kaliwiro
memiliki sejarah panjang yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan sejarah perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah
Belanda..
Disamping itu, penulisan ini dimaksudkan agar jejak sejarah mengenai
Kaliwiro tidak berlandaskan pada mitos dan legenda seperti yang selama
ini diyakini sebagian besar masyarakat Kaliwiro. Karena mitos maupun
legenda tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan kebenarannya tidak bisa
dipertanggung jawabkan.
Penulisan ini mencoba mencari fakta dengan merunut jejak sejarah,
manuskrip maupun arsip-arsip kuno yang bersinggungan dengan keberadaan
Kaliwiro..
MITOS DAN LEGENDA TENTANG KALIWIRO
Bahwasanya seperti yang sudah diketahui secara umum. Kebanyakan
masyarakat Kaliwiro meyakini bahwa nama Kaliwiro berasal dari dua suku
kata “Kali dan Wiro” yang merupakan nama dua sesepuh atau tokoh yang
pertama kali mendiami suatu lembah yang sekarang bernama kecamatan
Kaliwiro. Yaitu “Kyai Kali dan Nyai Wiro.”
Tapi keyakinan tersebut tidak memiliki fakta dan argumen yang kuat.
Karena keyakinan tersebut hanya berdasar pada dongeng dari mulut ke
mulut tanpa disertai penjelasan mengenai latar belakang dan asal muasal
kedua tokoh yang dimaksud. Satu-satunya keyakinan yang dipercayai
masyarakat Kaliwiro mengenai kedua tokoh cikal bakal Kaliwiro, adalah
keberadaan dua nisan tanpa nama yang berada di TPU Manisjangan. Hanya
bukti dua nisan tanpa nama tentu tidak bisa menjelaskan secara pasti
mengenai sejarah awal Kaliwiro.
Jika kita mengamati dan mempelajari sastra Jawa maupun Arab, maka
kita tidak akan menemukan kelaziman nama-nama orang maupun tokoh zaman
dahulu yang menggunakan nama “kali” untuk nama seorang laki-laki. Dan
juga tidak pernah dijumpai nama “wiro” dipakai untuk nama seorang
wanita.
Biasanya nama seorang tokoh masyarakat zaman dahulu bila laki-laki
maka akan lazim disebut “Kyai Ageng” dan “Nyai Ageng” untuk seorang
wanita. Jadi keyakinan mengenai kedua tokoh tersebut perlu direvisi
kebenarannya. Agar tidak terjadi kerancuan sejarah pada generasi
mendatang. Namun bila pembaca mempunyai bukti ataupun manuskrip yang
mendukung tentang keberadaan kedua tokoh tersebut ( Kyai Kali & Nyai
Wiro ). Silahkan saudara membuat penulisan sejarah mengenai biografi
kedua tokoh tersebut. Agar penulisan sejarah Kaliwiro mempunyai kajian
yuridis kebenarannya. Karena semua ini bertujuan meluruskan dan
membekali generasi yang akan datang dengan materi sejarah yang bisa
dilacak kebenarannya. Karena semakin jauh generasi yang lahir maka akan
semakin gelap pula sejarah, bila tidak segera diotentifikasi. Namun
keberadaan mitos maupun legenda tentu akan semakin memperkaya nilai
histories suatu daerah bila berjalan beriringan dengan fakta sejarah. Contoh : legenda Nyai Roro Kidul selalu beriringan dengan fakta sejarah berdirinya kerajaan Mataram oleh Panembahan Senopati.
Biarlah mitos menjadi khasanah budaya yang memperkaya budaya suatu
daerah asalkan tidak melupakan fakta sejarah mengenai cikal bakal sebuah
tempat bersejarah.
KETERKAITAN KADIPATEN SELOMANIK DENGAN KALIWIRO
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya zaman dahulu pernah ada sebuah
kadipaten di suatu wilayah ( sekarang Selomanik ) yang merupakan bagian
dari pemerintahan kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengkubuwono V. Kadipaten Selomanik tidak bisa dilepaskan dari sejarah
perang Jawa atau yang lebih dikenal sebagai perang Diponegoro. Karena
wilayah Selomanik adalah salah satu basis perlawanan Pangeran Diponegoro
terhadap penjajahan Belanda melalui perang gerilya. Mengingat tekstur
geografis/topografis Selomanik dan sekitarnya yang merupakan kawasan
hutan lebat berbukit-bukit, maka sangat cocok untuk tempat persembunyian
menghindari kejaran tentara Belanda. Untuk lebih jelas, maka di bawah
ini akan kita bahas sejarah yang melatar belakangi berdirinya kadipaten
Selomanik dan Kaliwiro.
A. SEJARAH KADIPATEN SELOMANIK
Selomanik berasal dari dua suku kata, ‘Selo & Manik’. Selo
berati batu dan Manik berarti permata. Dinamakan demikian karena di
wilayah Selomanik terdapat dua buah batu besar yang konon menjadi
pertapaan seorang tokoh Selomanik yang akan kita bahas di bawah ini.
Dalam sejarah berdirinya Kadipaten Wonosobo tertulis bahwa cikal bakal
Wonosobo bermula dari suatu kadipaten di wilayah Selomanik. Dimana bahwa
pimpinan daerah Selomanik adalah Kanjeng Raden Tumenggung ( KRT )
Kertowaseso. KRT Kertowaseso adalah seorang pengikut Pangeran Diponegoro
yang setia ikut dalam perang gerilya. Untuk lebih jelas mengetahui
sejarah siapa KRT Kertowaseso mari kita menelusuri latar belakang KRT
Kertowaseso. KRT Kertowaseso adalah seorang Tumenggung di dalam struktur
pemerintahan keraton Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada saat dalam
intern keraton terjadi kemelut, akibat kebijakan Patih Danurejo yang
lebih condong berpihak pada VOC. KRT Kertowaseso menempatkan dirinya
pada kubu Pangeran Diponegoro. Kemelut semakin meruncing dengan
kesewenang-wenangan VOC/Belanda mencampuri urusan internal keraton,
menghentikan aturan sewa tanah para bangsawan kepada pengusaha-pengusaha
Belanda, mengenakan pajak tinggi terhadap rakyat. Dan yang terakhir,
pembuatan jalan tembus Magelang – Jogja yang melewati dengan membuat
patok-patok di atas tanah makam leluhur tanpa seizin pangeran
Diponegoro. Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pengikutnya yang
marah kemudian membongkar patok-patok yang melewati makam leluhur
Diponegoro. Akibat tindakan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya maka
pada tanggal 20 Juli 1825 pada sore hari, VOC dan bala tentaranya
menyerbu puri kediaman pangeran Diponegoro. Maka terjadilah peperangan
di komplek sekitar puri, sang pangeran beserta prajurit-prajuritnya yang
setia berhasil meloloskan diri dari blokade tentara Belanda.
Selanjutnya Diponegoro menyingkir ke arah selatan, dan menyusun kekuatan
di sebuah goa, yang kemudian terkenal dengan goa Selarong. Sejak saat
itu Pangeran Diponegoro menyerukan perang sabil atau perang suci melawan
kaum kafir Belanda. Ternyata seruan Diponegoro mendapat simpati dari
banyak pangeran, bangsawan maupun rakyat Mataram yang selama ini sudah
muak dengan kesewenang-wenangan Belanda yang membuat rakyat menderita.
Seruan pangeran Diponegoro ternyata juga mendapat sambutan hangat dari
kalangan ulama dan santri. Hal ini bisa mengerti, mengingat pangeran
Diponegoro adalah seorang pangeran yang sejak kecil lebih menyukai
kehidupan religius di pesantren, daripada hidup mewah didalam keraton.
Beranjak dewasa sang pangeran banyak mempunyai sahabat dan menjalin
hubungan akrab dengan kalangan ulama-ulama yang tersebar di penjuru
Jawa. Jadi wajar jika seruan perang Diponegoro banyak mendapat sambutan
hangat dan melibatkan laskar-laskar santri di seluruh wilayah Jawa.
Kembali kepada sejarah KRT Kertowaseso…. Setelah menyusun kekuatan
dari goa Selarong, Pangeran Diponegoro segera memerintahkan para
pengikutnya. Terutama para pangeran yang mahir dan mengetahui ilmu
berperang untuk menyebar ke seluruh pedalaman Jawa. Tujuannya untuk
menghimpun kekuatan dan menggalang dukungan dari para ulama/kyai di
seluruh Jawa agar bangkit melawan kezaliman Belanda. Termasuk
diantaranya kepada KRT Kertowaseso. Pangeran Diponegoro memerintahkan
kepada KRT. Kertowaseso untuk menghubungi Kyai Alwi atau Ali sahabatnya ( pada waktu itu orang Jawa biasa memanggil dan menyebut dengan “Kyai Ngalwi” )
di sebuah pesantren di lembah yang sekarang di namakan Kaliwiro. Kyai
Alwi adalah seorang ulama yang diperkirakan berasal dari daerah Jawa
Timur. Beliau datang untuk berdakwah mengajarkan dan menyebarkan agama
Islam di daerah ini. Mengenai latar belakang beliau, tidak bisa
diketahui secara pasti. Karena memang sangat sedikit, bahkan bisa di
katakan tidak ada sejarah dan literatur yang mengetahui latar belakang
sejarah Kyai Alwi. Jejak sejarah Kyai Alwi hanya tertulis sejak beliau
berhubungan dengan KRT Kertowaseso.
Dengan segera KRT Kertowaseso berangkat menghubungi Kyai Alwi untuk
memberitahukan seruan Diponegoro. Sampai di pesantren Kyai Alwi, KRT
Kertowaseso mendapat dukungan untuk menghimpun dan membentuk laskar
perang yang terdiri dari santri-santri kyai Alwi. Laskar-laskar ini
sangat penting dan strategis untuk menunjang perang semesta rakyat Jawa.
Disamping itu KRT Kertowaseso juga menempatkan daerah ini sebagai basis
perlawanan dan rute gerilya Diponegoro. Mengingat kondisi alam daerah
ini yang berupa hutan lebat berbukit-bukit penuh lembah lembah curam
sangat menunjang untuk medan gerilya. Sehingga akhirnya pangeran
Diponegoro pun juga bergerilya dan membuat basis perlawanan di daerah
ini. Kemudian untuk menjaga eksistensi pesantren dari serbuan tentara
Belanda, maka KRT Kertowaseso membuat markas prajurit di sebuah desa di
lereng gunung Lawang. Mengingat betapa pentingnya peran pesantren dalam
pendidikan agama maupun untuk kaderisasi laskar. Maka perlu dihindarkan
keterlibatan pesantren dalam konflik secara langsung, di dalam perang
melawan Belanda. Penempatan markas laskar di desa lereng gunung Lawang
ini kemudian menjadikan KRT Kertowaseso terkenal dengan sebutan Ki Ageng
Selomanik. Sehingga daerah ini kemudian hari terkenal dan di namakan
Selomanik. Hingga pada akhirnya atas perintah Diponegoro, KRT
Kertowaseso membentuk sebuah kadipaten untuk mempermudah menghimpun
laskar rakyat. Dalam perjalanan sejarahnya, kadipaten Selomanik kemudian
menjadi cikal bakal berdirinya kadipaten Wonosobo. Sampai pada akhir
hayatnya KRT Kertowaseso atau Ki Ageng Selomanik tetap menetap di daerah
tersebut dan di makamkan di desa tersebut. Tidak diketahui secara pasti
sebab musabab meninggalnya Ki Ageng Selomanik. Meninggal karena sakit
atau terbunuh dalam perang..? Tidak ada sejarah yang menuliskan
peristiwa itu. Makam beliau hingga sekarang masih terawat dengan baik
dan menjadi salah satu agenda ziarah di setiap hari ulang tahun
Wonosobo.
B. SEJARAH ASAL NAMA KALIWIRO
Dalam kurun waktu lima tahun sejak 1825 hingga 1830. Pasukan KRT
Kertowaseso beserta santri-santri kyai Alwi banyak memperoleh kemenangan
dalam perang gerilya. Sehingga laskar-laskar kyai Alwi ini begitu
disegani dan ditakuti tentara Belanda.
Karena begitu terkenal kehebatan dan keberanian semangat juang
laskar santri rakyat di daerah ini dalam melakukan perlawanan terhadap
Belanda, maka daerah ini kemudian terkenal dengan para perwira-perwira
angkatan perangnya. Sehingga lambat laun daerah ini banyak disebut orang
dengan sebutan daerah yang ditempati kyai Alwi dan para
santri-santrinya yang sangat perwira.
Asal kata Kaliwiro sendiri tersusun dari kata, “Kali dan Wiro.” Kali berasal dari kalimat nama Kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi. Sedangkan Wiro berasal dari suku kata bahasa Jawa “Prawiro”. Yang berarti Perwiro atau Perwira. Sehingga bila digabungkan menjadi kalimat “Ngaliwiro. Karena kebiasaan orang Jawa yang sering menamakan suatu tempat dengan sebutan “kali” ( contoh : Kalibenda, Kalimantan, Kalibawang, Kalikajar, Kaliputih dll ). Maka orang Jawa pun lambat laun terbiasa menyebut Ngaliwiro berubah menjadi Kaliwiro.
Mengenai kisah perjuangan kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi tidak ada
literature yang mengisahkan atau meriwayatkan kehidupan beliau secara
jelas. Itu semua mungkin karena beliau hanyalah seorang pendukung dan
penasihat spritual Ki Ageng Selomanik yang berperan dari balik layar
dalam memimpin laskar santri melawan penjajah Belanda. Nama dan peran
beliau tenggelam dalam nama besar Ki Ageng Selomanik.
Sampai akhir hayat Kyai Ngalwi, tidak pernah ada sejarah yang menulis
kehidupan beliau dan kapan beliau wafat. Satu-satunya jejak beliau
hanya ada keterangan turun-temurun yang menerangkan bahwa beliau wafat
dan di makamkan di Kaliwiro. Makam beliau yang bersebelahan dengan istri
beliau berada di sebelah selatan ruas jalan yang menghubungkan
kecamatan Kaliwiro dan kecamatan Kalibawang di sebuah bukit kecil yang
sudah di bongkar dan di ratakan pada sekitar tahun 1966 untuk dijadikan
komplek perkantoran ( sekarang BRI Unit Kaliwiro ). Selanjutnya makam beliau dipindahkan ke komplek TPU Manisjangan di selatan SDN 1 Kaliwiro sampai sekarang.
KESIMPULAN AKHIR
Setelah merunut dan membaca penulisan ini, Insya Allah semua menjadi
terang. Bahwa sesungguhnya mitos legenda Kyai Kali dan Nyai Wiro sudah
sedemikian jauh menyimpang dari kenyataan sejarah. Dengan mencermati
nama Kyai Kali dan Nyai Wiro saja sudah terlalu janggal untuk diyakini
kebenarannya.
Pertama, tidak lazim penamaan nama seseorang dalam
budaya Jawa maupun Arab menggunakan kata “Kali”. Apalagi beliau adalah
seorang ulama, yang pada umumnya menggunakan nama bernafaskan
Islam/Arab.
Kedua, tidak lazim dalam budaya Jawa seorang
perempuan bernama “Wiro”. Kecuali si perempuan tersebut bersuamikan
seorang bernama Wiro. Maka bisa di panggil ‘bu Wiro”.
Demikianlah sekelumit sejarah yang saya paparkan dengan cara meneliti
melalui literatur-literatur dan menuskrip sejarah yang saya baca.
Dengan cara mengkait-kaitkan keberadaan sejarah perang Diponegoro dan Ki
Ageng Selomanik yang sudah tertulis dan diakui kebenaranya oleh para
pakar sejarah. Semoga apa yang saya paparkan di atas dapat bermanfaat
untuk pengetahuan generasi yang akan datang. Sehingga generasi Kaliwiro
pada khususnya tidak kehilangan jati diri sejarah Kaliwiro. Dan generasi
muda Kaliwiro bisa berbangga diri dan meneladani sejarah leluhur mereka
yang telah berjihad dengan darah dan air mata melawan penjajahan
Belanda.
Apabila penulisan yang saya paparkan di atas ini telah keliru atau
kurang lengkap, maka sudi kiranya anda mengirim atau menjelaskan
koreksinya. Ini semua bertujuan untuk meluruskan pengetahuan sejarah
anak cucu kita. Agar penulisan sejarah bisa lurus sesuai fakta dan tidak
terjadi penyimpangan sejarah. Apalagi sampai kehilangan jejak sejarah
penting suatu daerah… Jangan sampai hal itu terjadi pada anak cucu kita.
Sebab bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan dan menghargai
jerih payah pahlawan bangsanya…. Wallahualam bishowab…. Kebenaran hanya
milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caray, Peter. 2007. Asal usul Perang Jawa
2. Penadi, Radix. 1993. Menemukan Kembali Jatidiri Bagelen. Purworejo.
3. Dwie Kurniaty Rahayu, Skripsi. Kadipaten Selomanik Sebagai Basis
Kegiatan Politik dan Keagamaan Pada Masa Kolonial. 1825 – 1830
4. Purwadi, 2005. Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro. Yogyakarta.
5. Siwo Utomo, 1995. Sejarah Wonosobo
6. Sejarah Rakyat Jawa Tengah “ Ki Ageng Selomanik “ . 1983
7. Silsilah Keluarga Ki Ageng Selomanik.
8. Suryani, 1998. Pengaruh Sistem Pemerintahan Kolonial Terhadap Penguasa Pribumi di Jawa 1800 – 1870. Semarang: IKIP Semarang
9. Djuliati, Suroyo. 2000. Eksploitasi Kolonial Abad XIX
10. Keresidenan Kedu 1800 – 1900
11. Literatur Wikipedia
tekajebersatu
Kamis, 19 Desember 2013
Curug Winong - Wonosobo
Selain telaga Menjer, obyek wisata alam yang patut anda sambangi jika
kebetulan anda singgah di Wonosobo adalah Curug Winong, Sesuai dengan
namanya, obyek wisata ini adalah berupa Air terjun (curug) dan berlokasi
di wilayah desa Winongsari, lebih tepatnya Dusun Temanggung, Desa
Winongsari, Kec. Kaliwiro, Kab. Wonosobo, Jawa Tengah.

Terletak di areal hutan desa, Curug Winong tak hanya menawarkan keindahan air terjun yang berbentuk seluncur, namun juga menawarkan keindahan alam pegunungan khas Wonosobo yang sangat memanjakan mata.
Kendati terletak di pedalaman hutan, namun akses menuju Curug Winong ini terbilang sangat bagus. Untuk menuju gerbang desa Winongsari, anda akan dihadapkan pada jalan raya yang mulus beraspal dan berkelok dengan pemandangan hutan pinus dan pegunungan di sisi kanan dan kiri jalan. Sungguh Pemandangan pembuka yang cukup memanjakan mata.

Dari gerbang desa Winongsari ke loket wisata Curug Winong, jaraknya sekitar setengah kilometer melewati jalan desa. Namun jalan desa ini tak semulus jalan raya yang dilewati sebelumnya.


Sampai di area loket, disana sudah tersedia parkiran yang cukup luas, Biaya parkir hanya 2.000 rupiah per motor, sedangkan tiket masuk ke Curug hanya 1.000 per orang (di hari libur, naik jadi 2.000 per orang), Sangat murah bukan?

Dari loket, kita harus berjalan sekitar 500 meter lokasi curug, tenang saja, jalannya cukup bagus kok, di 100 meter pertama, jalan-nya sudah dipaving, sedangkan sisanya berupa jalan setapak. Selama menempuh jalan setapak ini, kita bisa menikmati indahnya persawahan desa Winongsari juga sungai jernih yang mengalir di sisi kiri jalan.





Hanya butuh sekitar 15 menit dengan berjalan kaki dari loket untuk sampai ke lokasi Curug Winong.
Di Lokasi Curug Winong, pengunjung akan langsung disuguhi dengan pemandangan air terjun setinggi hampir 70 meter dengan bentuk permukaan turunan yang menyerupai seluncur.
Topografi turunan Curug Winong yang menyerupai seluncur dengan kemiringan tak lebih dari 70 derajat membuat banyak pengunjung yang memberanikan diri untuk bisa memanjat naik. Para Pengunjung umumnya berlomba untuk bisa mencapai titik tertinggi dari permukaan curug yang bisa didaki.




Selain
pemandangan air terjun, pemandangan lain yang bisa membuat pengunung
ternganga adalah adanya tiga buah batu besar yang oleh warga setempat
disebut sebagai watu kelir. Satu batu berada persis di bawah curug,
sedangkan dua buah batu lainya berdampingan dan berokasi tak jauh dari
batu yang pertama, hanya saja posisinya agak di bawah.
Untuk masalah fasilitas, jangan khawatir, kendatipun lokasinya pelosok, namun di sana ada toilet yang memadahi, juga ada warung yang menjual snack, aneka makanan ringan, juga minuman.
So, jika panjenengan sedang mampir di Wonosobo, jangan lupa sempatkan waktu untuk berkunjung ke Curug Winong ini, dijamin puas dan bakal minta nambah.

Terletak di areal hutan desa, Curug Winong tak hanya menawarkan keindahan air terjun yang berbentuk seluncur, namun juga menawarkan keindahan alam pegunungan khas Wonosobo yang sangat memanjakan mata.
Kendati terletak di pedalaman hutan, namun akses menuju Curug Winong ini terbilang sangat bagus. Untuk menuju gerbang desa Winongsari, anda akan dihadapkan pada jalan raya yang mulus beraspal dan berkelok dengan pemandangan hutan pinus dan pegunungan di sisi kanan dan kiri jalan. Sungguh Pemandangan pembuka yang cukup memanjakan mata.

Dari gerbang desa Winongsari ke loket wisata Curug Winong, jaraknya sekitar setengah kilometer melewati jalan desa. Namun jalan desa ini tak semulus jalan raya yang dilewati sebelumnya.


Sampai di area loket, disana sudah tersedia parkiran yang cukup luas, Biaya parkir hanya 2.000 rupiah per motor, sedangkan tiket masuk ke Curug hanya 1.000 per orang (di hari libur, naik jadi 2.000 per orang), Sangat murah bukan?

Dari loket, kita harus berjalan sekitar 500 meter lokasi curug, tenang saja, jalannya cukup bagus kok, di 100 meter pertama, jalan-nya sudah dipaving, sedangkan sisanya berupa jalan setapak. Selama menempuh jalan setapak ini, kita bisa menikmati indahnya persawahan desa Winongsari juga sungai jernih yang mengalir di sisi kiri jalan.





Hanya butuh sekitar 15 menit dengan berjalan kaki dari loket untuk sampai ke lokasi Curug Winong.
Di Lokasi Curug Winong, pengunjung akan langsung disuguhi dengan pemandangan air terjun setinggi hampir 70 meter dengan bentuk permukaan turunan yang menyerupai seluncur.
Topografi turunan Curug Winong yang menyerupai seluncur dengan kemiringan tak lebih dari 70 derajat membuat banyak pengunjung yang memberanikan diri untuk bisa memanjat naik. Para Pengunjung umumnya berlomba untuk bisa mencapai titik tertinggi dari permukaan curug yang bisa didaki.





Untuk masalah fasilitas, jangan khawatir, kendatipun lokasinya pelosok, namun di sana ada toilet yang memadahi, juga ada warung yang menjual snack, aneka makanan ringan, juga minuman.
So, jika panjenengan sedang mampir di Wonosobo, jangan lupa sempatkan waktu untuk berkunjung ke Curug Winong ini, dijamin puas dan bakal minta nambah.
WONOSOBO
WONOSOBO adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara.
Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Setjonegoro.
Ibukota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. Wonosobo dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto.
Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Setjonegoro.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Di sebelah selatan, terdapat Waduk Wadaslintang.Ibukota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. Wonosobo dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto.
Pembagian administratif
Kabupaten Wonosobo terdiri atas 15 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Wonosobo.Etimologi
Kata Wonosobo berasal dari bahasa Jawa: Wanasaba, yang secara harafiah berarti: "tempat berkumpul di hutan". Bahasa Jawa sendiri mengambilnya dari bahasa Sanskerta: vanasabhā yang artinya kurang lebih sama. Kedua kata ini juga dikenal sebagai dua buku dari Mahabharata: "Sabhaparwa" dan "Wanaparwa".Pariwisata
Wisata Alam
Tempat wisata alam di Kabupaten Wonosobo adalah:- Kawasan Wisata Dieng
- Waduk Wadaslintang
- Air Terjun Sikarim
- Telaga Menjer
- Curuk Winong
- Air Terjun Sikarim
- Kali Anget
Wisata Keluarga
Tempat wisata keluarga di Kabupaten Wonosobo adalah:- Agrowisata Tambi
- Outbound
- Pemandian dan kolam renang Mangli
- Pemandian Air panas Kebrengan
- Pemandian Wisata Kalianget
Rupa-Rupa
Masakan
Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa masakan khas, yaitu:Minuman
Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa makanan khas, yaitu:Oleh-Oleh
Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa oleh-oleh khas, yaitu:Seni Budaya
Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa seni budaya, yaitu:Tokoh-tokoh
- Letjend. S. Parman adalah salah satu dari pahlawan revolusi.
- Tirto Utomo, pengusaha; pendiri perusahaan Aqua.
Sekolah Favorit di kota Wonosobo
Universitas
- Universitas Sains Al-Quran Wonosobo
- Universitas Teresita Art Wonosobo
- Institut Teknologi Wonosobo
Sekolah Menengah Atas
- SMA Negeri 1 Wonosobo
- SMA 2 Wonosobo
- SMA 1 Mojotengah Wonosobo
- SMA Muhammdiyah 1 Wonosobo
- SMKN 1 Wonosobo
- SMA 1 Kaliwiro
- SMK Wiratama 45.1 Wonosobo
- SMK N 2 WONOSOBO
- SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo
- SMK 1 Sukoharjo Wonosobo
- SMA 1 Wadaslintang
- SMA Ma'Arif Wadaslintang
- MAN Wonosobo
- SMA Islam Wonosobo
- MA Negeri Kalibeber
- SMA Takhassus Al Qur'an Mojotengah
Sekolah Menengah Pertama
- SMP 1 Wonosobo
- SMP 2 Wonosobo
- SMP 1 Mojotengah
- SMP 2 Selomerto
- SMP N 1 Kertek
- SMP 5 Wonosobo
- El-Savino School
- SMP Bakti Mulia Wonosobo
- SMP Muhammadiyah 1 Wonosobo
- SMP 3 Wonosobo
- SMP 1 Leksono
- SMP PGRI Leksono
- MTs Maarif Garung
- SMP Islam Wonosobo
- SMP Maarif Kertek
- SMP Takhassus Al Qur'an Mojotengah
Sekolah Dasar
- SD N 1 Wonosobo
- SD N 2 Wonosobo
- SD N 3 Wonosobo
- SD N 4 Wonosobo
- SD N 5 Wonosobo
- SD N 6 Wonosobo
- SD N 7 Wonosobo
- SD N 8 Wonosobo
- SD N 9 Wonosobo
- SD N 10 Wonosobo
Selasa, 10 Desember 2013
Sejarah Ac Milan
Awal masa terbentuk
“ | Saremo una squadra di diavoli. I nostri colori saranno il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteremo agli avversari! Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.
Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).
Namun, hasil terburuk datang kepada “Rossoneri”: setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi kembali.
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A. 1997-1998 Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat. 1998-1999 Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff. 1999-2000 Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus. 2000-2001 Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam. 2001-2002 Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi direksi harapan.
Pasca-Ancelotti Era Leonardo Pada akhir musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang “hijrah ke London”, tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
Musim 2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro. Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2[4]. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc’Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0[5] sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0[6]. Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro[7], sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.[8] Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.
sumber : http://richiegadu.wordpress.com/sejarah-ac-milan-1899-hingga-kini/ |
Langganan:
Postingan (Atom)